MAKALAH
توقيف والتوفيق
Dipresentasikan
Pada Mata Kuliah Ulu>mul Qur’a>n
Dosen
Pengampu Ibnu Rawandhy N. Hula. MA
Oleh
:
Randi
Safii
NIM
: 131032017
PROGRAM
STUDI BAHASA ARAB
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN
SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Kerangka Makalah
توقيف والتوفيق
|
pengertian
|
Kesimpulan
|
pendapat
ulama
|
Pembahasan
|
Susunan
Ayat
|
Susunan
Surat
|
Analisis pribadi
|
Pembagian
Surat
|
II.
Definisi
Tawqifi bersifat Qhot’i, artinya
tidak boleh dirubah dan tidak mungin adanya ijtihad di dalamnya.
Tawfiqi bersifat dzonni, artinya boleh dirubah dengan cara
ijtihad didalamnya
III.
Pendapat Para Ulama
a. Sistematika surat ada tiga pendapat
-Sistematika
seluruh surat bersifat tawqifi
-
Sistematka seluruh surat bersifat ijihadi
-
Sistematika sebagian surat bersifat tawqifi dan sebagian lain ijtihadi
b. Pembagian Surat
-ath-Thiwal,
al-Mi’u>n, al-Matsa>ni, al-Mufashshal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Susunan Ayat
sacara harfiah,a>yat berarti tanda
(alamat), sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Allah
¨bÎ) spt#uä ÿ¾ÏmÅ6ù=ãB br& ãNà6uÏ?ù't ßNqç/$G9$# ÏmÏù ×puZÅ6y `ÏiB öNà6În/§ ×
Sesungguhnya
tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya
terdapat ketenangan dari Tuhanmu (Q.S.
al-Baqarah:248)
Juga
berarti ibrah (pelajaran), seperti firman Allah:
ôs% tb$2 öNä3s9 ×pt#uä Îû Èû÷ütGt¤Ïù $tGs)tGø9$# ( ×
sesungguhnya
telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur).(Q.A
Ali’Imran:13)
Juga
berarti mu’jizat, seperti firman Allah:
ö@y ûÓÍ_t/ @ÏäÂuó Î) öNx. Oßg»oY÷s?#uä ô`ÏiB ¥pt#uä 7puZÉit/ 3
Tanyakanlah
kepada Bani Israil:”berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang
telah kami berikan kepada mereka”(Q.Sal-Baqarah:211)
Juga
berarti dalil dan argumentasi, seperti firman Allah:
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4 ¨
Artinya
: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
b erlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu (Q.S. al-ar-Rum:22)
Inilah konotasi etimologis lafadz: a>yat.
Adapun secara termnologis, ayat al-Qur’an bisa didefinisikan dengan
sekelompok al-Qur’an, yang terpisah dari kelompok sebelum dann setelahnya.
Menurut as-Suyuthi, definisi ini sesuai untuk ayat dan juga surat. Karena itu,
harus ditambahkan batasan agar definisi tersebut hanya untuk ayat, sehingga
bisa dinyatakan: ayat adalah sekelompok al-Qur’an, yang terpisah dengan
kelompok sebelum dan setelahnya, yang dikenal melalui penuklan, dan terdapat
dalam surat.Mengenai batasan: yang terpisah denga n kelompok sebelum dan
setelahnya bukan berarti tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan makna
sebelum dan setelahnya, melainkan dianggap satu ayat, jika tidak menjadi bagian
dari ayat sebelum maupun setelahnya[1]
Ijma’ sahabat telah menyepakati, bahwa susunan
ayat al-Qur’an dalam surat itu tawqifi (seperti apa adanya dari Allah)
Disamping itu, sistematika bacaan Rasulullah
saw. dalam shalat terhadap sejumlah surat al-Qur’an telah disaksikan para
sahabat ra. setelah iu, mereka menukil apa yang telah mereka dengar tadi kepada
para tabiin hingga sampai kepada generasi kita tanpa sedikitpun perbedaan.
Karenanya,az-Zarkasyi mengatakan, bahwa masalah tersebut tidak ada perbedaan
antara kaum muslim. As-Suyuthi juga mengatakan, bahwa tidak ada syubhat dalam
masalah tersebut.
Ada yang mencoba memperselisihkan sistematika ayat tersebut melalui perbedaan
jumlah ayat, misalnya ada yang menyatakan jumlah ayatnya 6.000 ayat dan ada
yang menyatakan 6.204 ayat, atau 6,214 atau 6.219 ayat. perbedaan mengenai
jumlah ini, pada dasarnya tidak menunjukkan adanya perbedaan sistematika ayat. sebab, perbedaan di
kalangan ulama’ dahulu mengenai jumlah ayat tersebut disebabkan oleh
berhentinya Nabi saw. pada permulaan ayat. maka, orang yang mendengarkannya
akan mengira bahwa ayat tersebut terpisah.Misalnya, sebagia ulama’ salaf
menganggap bismillah sebagai satu ayat pada tiap surat, dan sebagian lagi
tidak. Maka, perbedaan jumlahnya ayatnya terjadi akibat perkiraan jumlah ayat
dalm surat tersebut.[2]
Ayat dan surat itu ada yang pendek dan ada yang panjang.ayat yaitu sejumlah perkataan
Allah yang tersusun dalam al-Qur’an. surat yaitu sejumlah ayat-ayat
al-Quranyang mempunyai muthal’ dan muqathi’. susunan ayat dalam al-Qur’an itu
tauqifiy (Rasulullah itu sendiri yang menentukan).sebagian orang yang
mengatakan telah diadakan ijmak.di antara orang yang berpendapat seperti ini
ialah Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhan, Abu Ja’far bin zubir dalam
kitabnya Munasibatuhu berkata, susunan ayat-ayat yang dalam surat itu
jatuhnya dengan tauqifi, Rasulullah sendiri yang mengatakan demikian. Dalam hal
ini tidak ada yang membantah jaman Suyuti mengatakan, siding ijmak memutuskan
bahwa susunan ayat dan surat itu adalah tauqifi,bukan syubhah.[3]
Jibril yang menurunkan ayat-ayat itu kepada
Rasulullah saw dan dia pula yang menujukkan cara-cara menempatkan surat dan
ayat-ayat yang diturunkannya itu. Rasulullah saw menyuruh penulis-penulis wahyu
menempatkan ayat dan surat itu pada tempatnya. Kata Nabi kepada mereka,
letakkan ayat ini pada surat ini, dia sendiri yang menyebutkan begini dan
begini.Atau letakkan olehmu ayat ini pada tempat ini. begitu juga disampaikan
kepada sahabat-sahabat.Usman bin Abi A’sh mengatakan, aku pernah duduk di
samping Rasulullah saw. ketika itu ada tampak olehnya seseorang yang menurunkan
wahyu.kemudian kata Nabi saw,Jibril meletakkan ayat ini pada surat ini, yaitu
ayat yang berbunyi.
* ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGÎ)ur Ï 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìx6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏèt öNà6¯=yès9 crã©.xs? ÇÒÉÈ
artinya
:
Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(QS.
an-Nahl: 90)
tindakan Usman dalam mengumpulkan al-Qur’an
ketika menempatkan ayat-ayat dan surat-surat sebagai berikut, kalau ayat itu
memansukhkan hukum, tidak dirubahnya. ini menunjukkan bahwa dia menuliskan
ayat-ayat itu dengan susunan tauqifiy.Ibnu Zubir mengatakan, kataku kepada
Usman,ayat yang berbunyi
tûïÏ%©!$#ur tböq©ùuqtFã öNä3ZÏB tbrâxtur %[`ºurør& z
artinya
:
Orang-orang
yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
Ayat ini telah dinasikhkan oleh ayat lain,
karena itu tidak usah di tulis,atau lebih baik ditinggalkan saja. kata Usman,
hai anak saudaraku, aku tidak akan mengubah sesuatu dari tempatnya. adapula
hadits-hadits yang menunjukkan kelebihan ayat-ayat dan surat-surat. hal ini
harus du tertbkan secara tauqif. jika sekiranya boleh mengubahnya, tentu
benarlah menurut petunjuk hadits itu. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Dardak mengatakan, barang siapa yang
menghafal sepuluh ayat permulaan surat al-Kahfi maka orang itu akan terhindar
dari godaan dajjal.
sebagaimana hadits-hadits yang menunjukkan
bahwa ayat itu oleh Nabi ditempatkan pada tempatnya.Umar bin Khattab
mengatakan, aku seringkali menanyakan kepada Nabi saw. perhal kalalh, sehingga
Nabi pernah menusukkan jarinya ke dadaku sambil berkata,Cukuplah ayat yang
terdapat pada akhir surat an-Nahl. banyak surat yang dibaca oleh Rasulullah saw
yang ayat-ayatnya disusun sedemikian
rupa dalam sholat, atau pada khutbah Jum’at seperti surat
al-Baqara,al-Imran dan surat an-Nisa’.Dia pernah membaca surat al-A’raf di
waktu maghrib pada sholat shubuh.
Jibril mengemukakan hal ini kepada Rasulullah
saw sekal dalam setahun yaitu pada bulan ramadhan.Demikian juga dua kali pada
thun terakhir dari kehidupan Rasulullah saw. Yang dikemukakan itu ialah susunan
al-Qur’an yang ada sekarang ini. beginilah bentuk susunan al-Qur’an,
sebagaimana yang terdapat dalam mushaf yang sampai ke tangan kita sekarang ini
adalah ketentuan yang ditentukan oeh Nabi sendiri pada waktu itu. kemudian kata
Suyuthi banyak hadits yang diistimewakan Nabi saw. yang di persaksikan oleh
sahabat-sahabat tentang susunan ayat tauqifiy. sahabat menyusun ayat dan surat
menurut apa yang mereka terima dari Nabi saw. mereka mendengar sendiri dari
Nabi membacanya.
2. Susunan Surat
Mengenai su>rat,merupakan bentuk
tunggal, dengan plural: suwar. secara harfiah berarti kedudukan,
bangunan, atau salah satu barisan yang diletakkan satu sama lain. Kadang juga digunakan untuk menyebut kedudukan yang
tinggi. Surat al-Qur’an disebut demikian,untuk menyerupai kedudukan bangunan.
karena merupakan potongan dari Kitab Allah, saling terkait satu sama lain yang
diturunkan untuk tujuan tertentu. Atau, disebut demikian karena kedudukannya
yang tinggi sebagai kalam Allah. Namun, secara terminology surat adalah
sekelompok al-Qur’an, yang terpisah dari kelompok-kelompok sebelim dan
setelahnya, yang dikenal dari penukilan.
Tentang
sistematika surat tersebut ada tiga pendapat:
a) sistematika
seluruh surat bersifat tawqifi
b) sistematika
seluruh surat bersifat ijtihadi
c) sistematika
sebagian surat bersifat tawqifi dan sebagian lain ijtihadi.
pendapat yang pertama dibangun berdasarkan
kisah pemaparan al-Qur’an kepada Nabi saw. artinya, Jibril as. senantiasa
membacakan al-Qur’an secara urut, dengan surat dan ayatnya. Dalil yang paling
kuat untuk mendukung pendapat ini adalah Ijma’ sahabat terhadap mushaf
‘Utsmani, serta pembakaran mushaf lain yang berbeda susunannya.
pendapat yang kedua dibangun berdasarkan
perbedaan susunan surat dalam mushaf para sahabat. Andai susunan tersebut
bersifat tawqifi, tentu mereka tidak akan berbeda. Disamping riwayat
dari ‘Utsman, bahwa Nabi saw. telah wafat sementara beliau tidak menjelaskan
masalah dua surat al-Anfal dan surat at-Taubah. ketika Nabi tidak menjelaskan,
‘Utsman berksimpulan:kisahnya (al-Anfal) menyerupai kisahnya (at-Taubah),
sehingga saya mengira surat tersebut merupakan bagian darinya.Karena itu saya
letakkan secara berdampingan antara keduanya, dan saya tidak memilih Bismllah,
dan saya masukkan dalam tujuh surat yang panjang. kisah ini membuktikan,
bahwa susunan surat tersebut merupakan perkara ijtihadi.
sedangkan pendapat ketiga, menurut az-Zarqani,
merupakan pendapat yang ideal. Banyak para ulama’ telah berpemdapat demikian.
Meski demikian, mereka berbeda pendapat soal berapa kadar ijtihadi dan tawqifi-nya.
3. Pembagian Surat
surat-surat dalam al-Quran ada empat bagian, ath-Thiwa>l,
al-Mi’in, al-Matsa>ni dan al-Mufashshol.Akan kami ringkas
pendapat yang paling kuat dalam masalah ini:
a. pertama:
ath-Thiwal ada tujuh yaitu, al-Baqarah, Ali ‘Imran, an-Nisa>’,
al-Ma>idah, al-An’a>m, al-A’ra>f dan yang ketujuh ada pendapat yang
mengatakan bahwa ia adalah surat al-Anfa>l digabung dengan surat Bara>ah
(at-Taubah ) karena tidak ada pemidahan antara keduanya dengan basmalah.
Menurut pendapat yang lain, yang tujuh adalah surat Yunus.
b. kedua: al-mi’u>n
yaitu surat-surat yang jumlah ayatnya lebih dari seratus ayat, atau
mendekati seratus.
c. ketiga: al-Matsa>ni
yaitu surat-surat yang jumlah ayatnya di bawah al-Mi’u>n.
Dinamakan al-Matsani, karena surat itu diulang-ulang dalam bacaannya (sering dibaca), lebih banyak
jika dibandingkan dengan surat ath-Thiwa>l dan al-Mi’u>n.
d. keempat:
al-Mufashol, ada yang mengatakan bahwa awalnya dari surat Qa>f,
ada yang mengatakan awalnya surat al-Hujura>t, dan ada
pendapat-pendapat yang lain. Macamnya ada tiga.thiwa>l al-Mufashshal,
Ausa>th al-Mufashshal, dan Qisha>r al-Mufashshal.
a) Thiwa>l al-Mufashshal dimulai dari surat Qa>f atau dari
surat al-Hujurat sampai surat an-Naba’ atau sampai al-Buru>j.
b) Ausa>th al-Mufashshal dimulai dari surat an-Naba’ atau dari
surat al-Buruj sampai surat adh-Duha>
atau sampai surat al-Bayyinah.
c) Qisha>r al-Mufashshal dimulai dari surat adh-Adhuha> atau
dari surat al-Bayyinah sampai akhir al-Qur’an, sesuai dengan perbedaan
pendapat dalam masalah ini.
Dan
penamaannya dengan al-Mufashshal dikarenakan banyaknya fashl
(pemisahan) antara surat tersebut dengan
Basmalah/Bismillah. ayat yang terpanjang adalah adalah ayat ad-Dain (ayat
utang piutang, yaitu ayat 282 dari surat al-Baqarah) dan surat terpanjang
adalah surat al-Baqarah.
pembagian ini memudahkan manusia untuk
menghafal al-Qur’an, dan mendorong mereka untuk mempelajari dan mengkajinya.
dan juga memberikan perasaan kepada pembaca suatu surat dari surat-surat
al-Qur’an bahwa dia telah mengambil
bagian yang cukup dan terpisah (berdiri sendiri) dari dasar agama dan dasar
hukum syari’atnya yaitu al-Qur’an.[4]
B. Analisis Pribadi
Dari
ketiga pendapat di atas, pendapat kedualah yang sesuai dengan realitas.
Aritnya, adanya perbedaan susunan surat dalam mushaf para sahabat, meski
sistematika ayatnya sama, membuktikan bahwa susunan surat tersebut bersifat
ijtihadi. Ini berbeda dengan susunan ayat yang termasuk jumlahnya dalam surat
yang semuanya bersifat tawqifi.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa susunan surat dan ayat-ayat
al-Qur’an itu berdasarkan wahyu.
Meskipun ada yang mengatakan bahwa susunan surat itu berdasarkan ijtihad dan
ada yang mengatakan bahwa susunan surat dan ayat-ayat itu sebagian berdasarkan
wahyu dan sebagian berdasarkan ijtihad. Dengan alasan bahwa susunan surat dalam
mushaf para sahabat berbeda-beda.
Ijama’ sahabat telah menyepakati, bahwa susunan
ayat al-Qur’an dalam surat itu taawqifi (seperti apa adanya dari Allah).
DAFTAR PUSTAKA
Hafidz Abdurrahman,Pengantar Ulumul Qur’an, Pustaka
Utama,Bogor,2003
Terjemahan, Manna>ul Qutha>n,fi>
Maba>hits Ulumil Qur’an,Rineka Cipta,Jakarta,1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar