Selasa, 29 April 2014

Makalah Ulumul Qur'an Tauqif dan Taufiq

MAKALAH

توقيف والتوفيق

Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Ulu>mul Qur’a>n
Dosen Pengampu Ibnu Rawandhy N. Hula. MA


Oleh :

Randi Safii
NIM : 131032017


PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN 2013/2014
BAB I
 PENDAHULUAN

        I.            Kerangka Makalah
توقيف والتوفيق
 


 

pengertian
Kesimpulan
pendapat ulama
Pembahasan
 


 
Susunan Ayat
Susunan Surat
Analisis pribadi
Pembagian Surat
 















     II.            Definisi

Tawqifi  bersifat Qhot’i, artinya tidak boleh dirubah dan tidak mungin adanya ijtihad di dalamnya.
Tawfiqi bersifat dzonni, artinya boleh dirubah dengan cara ijtihad didalamnya

   III.            Pendapat Para Ulama
a.       Sistematika surat ada tiga pendapat
-Sistematika seluruh surat bersifat tawqifi
- Sistematka seluruh surat bersifat ijihadi
- Sistematika sebagian surat bersifat tawqifi dan sebagian lain ijtihadi
b.      Pembagian Surat
-ath-Thiwal, al-Mi’u>n, al-Matsa>ni, al-Mufashshal














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
1.    Susunan Ayat
sacara harfiah,a>yat berarti tanda (alamat), sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Allah
¨bÎ) sptƒ#uä ÿ¾ÏmÅ6ù=ãB br& ãNà6uÏ?ù'tƒ ßNqç/$­G9$# ÏmÏù ×puZŠÅ6y `ÏiB öNà6În/§ ×
Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu (Q.S. al-Baqarah:248)
Juga berarti ibrah (pelajaran), seperti firman Allah:
ôs% tb$Ÿ2 öNä3s9 ×ptƒ#uä Îû Èû÷ütGt¤Ïù $tGs)tGø9$# ( ×
sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur).(Q.A Ali’Imran:13)
Juga berarti mu’jizat, seperti firman Allah:
ö@y ûÓÍ_t/ Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) öNx. Oßg»oY÷s?#uä ô`ÏiB ¥ptƒ#uä 7puZÉit/ 3  
Tanyakanlah kepada Bani Israil:”berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah kami berikan kepada mereka”(Q.Sal-Baqarah:211)
Juga berarti dalil dan argumentasi, seperti firman Allah:
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»tƒ#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4 ¨
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan b erlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu (Q.S. al-ar-Rum:22)
Inilah konotasi etimologis lafadz: a>yat. Adapun secara termnologis, ayat al-Qur’an bisa didefinisikan dengan sekelompok al-Qur’an, yang terpisah dari kelompok sebelum dann setelahnya. Menurut as-Suyuthi, definisi ini sesuai untuk ayat dan juga surat. Karena itu, harus ditambahkan batasan agar definisi tersebut hanya untuk ayat, sehingga bisa dinyatakan: ayat adalah sekelompok al-Qur’an, yang terpisah dengan kelompok sebelum dan setelahnya, yang dikenal melalui penuklan, dan terdapat dalam surat.Mengenai batasan: yang terpisah denga n kelompok sebelum dan setelahnya bukan berarti tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan makna sebelum dan setelahnya, melainkan dianggap satu ayat, jika tidak menjadi bagian dari ayat sebelum maupun setelahnya[1]
Ijma’ sahabat telah menyepakati, bahwa susunan ayat al-Qur’an dalam surat itu tawqifi (seperti apa adanya dari Allah)      
Disamping itu, sistematika bacaan Rasulullah saw. dalam shalat terhadap sejumlah surat al-Qur’an telah disaksikan para sahabat ra. setelah iu, mereka menukil apa yang telah mereka dengar tadi kepada para tabiin hingga sampai kepada generasi kita tanpa sedikitpun perbedaan. Karenanya,az-Zarkasyi mengatakan, bahwa masalah tersebut tidak ada perbedaan antara kaum muslim. As-Suyuthi juga mengatakan, bahwa tidak ada syubhat dalam masalah tersebut.
Ada yang mencoba memperselisihkan  sistematika ayat tersebut melalui perbedaan jumlah ayat, misalnya ada yang menyatakan jumlah ayatnya 6.000 ayat dan ada yang menyatakan 6.204 ayat, atau 6,214 atau 6.219 ayat. perbedaan mengenai jumlah ini, pada dasarnya tidak menunjukkan adanya perbedaan  sistematika ayat. sebab, perbedaan di kalangan ulama’ dahulu mengenai jumlah ayat tersebut disebabkan oleh berhentinya Nabi saw. pada permulaan ayat. maka, orang yang mendengarkannya akan mengira bahwa ayat tersebut terpisah.Misalnya, sebagia ulama’ salaf menganggap bismillah sebagai satu ayat pada tiap surat, dan sebagian lagi tidak. Maka, perbedaan jumlahnya ayatnya terjadi akibat perkiraan jumlah ayat dalm surat tersebut.[2] 
Ayat dan surat itu ada yang pendek dan ada  yang panjang.ayat yaitu sejumlah perkataan Allah yang tersusun dalam al-Qur’an. surat yaitu sejumlah ayat-ayat al-Quranyang mempunyai muthal’ dan muqathi’. susunan ayat dalam al-Qur’an itu tauqifiy (Rasulullah itu sendiri yang menentukan).sebagian orang yang mengatakan telah diadakan ijmak.di antara orang yang berpendapat seperti ini ialah Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhan, Abu Ja’far bin zubir dalam kitabnya Munasibatuhu berkata, susunan ayat-ayat yang dalam surat itu jatuhnya dengan tauqifi, Rasulullah sendiri yang mengatakan demikian. Dalam hal ini tidak ada yang membantah jaman Suyuti mengatakan, siding ijmak memutuskan bahwa susunan ayat dan surat itu adalah tauqifi,bukan syubhah.[3]
Jibril yang menurunkan ayat-ayat itu kepada Rasulullah saw dan dia pula yang menujukkan cara-cara menempatkan surat dan ayat-ayat yang diturunkannya itu. Rasulullah saw menyuruh penulis-penulis wahyu menempatkan ayat dan surat itu pada tempatnya. Kata Nabi kepada mereka, letakkan ayat ini pada surat ini, dia sendiri yang menyebutkan begini dan begini.Atau letakkan olehmu ayat ini pada tempat ini. begitu juga disampaikan kepada sahabat-sahabat.Usman bin Abi A’sh mengatakan, aku pernah duduk di samping Rasulullah saw. ketika itu ada tampak olehnya seseorang yang menurunkan wahyu.kemudian kata Nabi saw,Jibril meletakkan ayat ini pada surat ini, yaitu ayat yang berbunyi.
* ¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ
artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(QS. an-Nahl: 90)

tindakan Usman dalam mengumpulkan al-Qur’an ketika menempatkan ayat-ayat dan surat-surat sebagai berikut, kalau ayat itu memansukhkan hukum, tidak dirubahnya. ini menunjukkan bahwa dia menuliskan ayat-ayat itu dengan susunan tauqifiy.Ibnu Zubir mengatakan, kataku kepada Usman,ayat yang berbunyi
tûïÏ%©!$#ur tböq©ùuqtFムöNä3ZÏB tbrâxtƒur %[`ºurør& z
artinya :
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri

Ayat ini telah dinasikhkan oleh ayat lain, karena itu tidak usah di tulis,atau lebih baik ditinggalkan saja. kata Usman, hai anak saudaraku, aku tidak akan mengubah sesuatu dari tempatnya. adapula hadits-hadits yang menunjukkan kelebihan ayat-ayat dan surat-surat. hal ini harus du tertbkan secara tauqif. jika sekiranya boleh mengubahnya, tentu benarlah menurut petunjuk hadits itu. Hadits yang diriwayatkan  dari Abu Dardak mengatakan, barang siapa yang menghafal sepuluh ayat permulaan surat al-Kahfi maka orang itu akan terhindar dari godaan dajjal.
sebagaimana hadits-hadits yang menunjukkan bahwa ayat itu oleh Nabi ditempatkan pada tempatnya.Umar bin Khattab mengatakan, aku seringkali menanyakan kepada Nabi saw. perhal kalalh, sehingga Nabi pernah menusukkan jarinya ke dadaku sambil berkata,Cukuplah ayat yang terdapat pada akhir surat an-Nahl. banyak surat yang dibaca oleh Rasulullah saw yang ayat-ayatnya disusun sedemikian  rupa dalam sholat, atau pada khutbah Jum’at seperti surat al-Baqara,al-Imran dan surat an-Nisa’.Dia pernah membaca surat al-A’raf di waktu maghrib pada sholat shubuh.
Jibril mengemukakan hal ini kepada Rasulullah saw sekal dalam setahun yaitu pada bulan ramadhan.Demikian juga dua kali pada thun terakhir dari kehidupan Rasulullah saw. Yang dikemukakan itu ialah susunan al-Qur’an yang ada sekarang ini. beginilah bentuk susunan al-Qur’an, sebagaimana yang terdapat dalam mushaf yang sampai ke tangan kita sekarang ini adalah ketentuan yang ditentukan oeh Nabi sendiri pada waktu itu. kemudian kata Suyuthi banyak hadits yang diistimewakan Nabi saw. yang di persaksikan oleh sahabat-sahabat tentang susunan ayat tauqifiy. sahabat menyusun ayat dan surat menurut apa yang mereka terima dari Nabi saw. mereka mendengar sendiri dari Nabi membacanya.
    
2.    Susunan Surat
Mengenai su>rat,merupakan bentuk tunggal, dengan plural: suwar. secara harfiah berarti kedudukan, bangunan, atau salah satu barisan yang diletakkan satu sama lain. Kadang  juga digunakan untuk menyebut kedudukan yang tinggi. Surat al-Qur’an disebut demikian,untuk menyerupai kedudukan bangunan. karena merupakan potongan dari Kitab Allah, saling terkait satu sama lain yang diturunkan untuk tujuan tertentu. Atau, disebut demikian karena kedudukannya yang tinggi sebagai kalam Allah. Namun, secara terminology surat adalah sekelompok al-Qur’an, yang terpisah dari kelompok-kelompok sebelim dan setelahnya, yang dikenal dari penukilan.
Tentang sistematika surat tersebut ada tiga pendapat:
a)      sistematika seluruh surat bersifat tawqifi
b)      sistematika seluruh surat bersifat ijtihadi
c)      sistematika sebagian surat bersifat tawqifi dan sebagian lain ijtihadi.
pendapat yang pertama dibangun berdasarkan kisah pemaparan al-Qur’an kepada Nabi saw. artinya, Jibril as. senantiasa membacakan al-Qur’an secara urut, dengan surat dan ayatnya. Dalil yang paling kuat untuk mendukung pendapat ini adalah Ijma’ sahabat terhadap mushaf ‘Utsmani, serta pembakaran mushaf lain yang berbeda susunannya.
pendapat yang kedua dibangun berdasarkan perbedaan susunan surat dalam mushaf para sahabat. Andai susunan tersebut bersifat tawqifi, tentu mereka tidak akan berbeda. Disamping riwayat dari ‘Utsman, bahwa Nabi saw. telah wafat sementara beliau tidak menjelaskan masalah dua surat al-Anfal dan surat at-Taubah. ketika Nabi tidak menjelaskan, ‘Utsman berksimpulan:kisahnya (al-Anfal) menyerupai kisahnya (at-Taubah), sehingga saya mengira surat tersebut merupakan bagian darinya.Karena itu saya letakkan secara berdampingan antara keduanya, dan saya tidak memilih Bismllah, dan saya masukkan dalam tujuh surat yang panjang. kisah ini membuktikan, bahwa susunan surat tersebut merupakan perkara ijtihadi.
sedangkan pendapat ketiga, menurut az-Zarqani, merupakan pendapat yang ideal. Banyak para ulama’ telah berpemdapat demikian. Meski demikian, mereka berbeda pendapat soal berapa kadar ijtihadi dan tawqifi-nya.



3.    Pembagian Surat
surat-surat dalam al-Quran ada empat bagian, ath-Thiwa>l, al-Mi’in, al-Matsa>ni dan al-Mufashshol.Akan kami ringkas pendapat yang paling kuat dalam masalah ini:
a.       pertama: ath-Thiwal ada tujuh yaitu, al-Baqarah, Ali ‘Imran, an-Nisa>’, al-Ma>idah, al-An’a>m, al-A’ra>f dan yang ketujuh ada pendapat yang mengatakan bahwa ia adalah surat al-Anfa>l digabung dengan surat Bara>ah (at-Taubah ) karena tidak ada pemidahan antara keduanya dengan basmalah. Menurut pendapat yang lain, yang tujuh adalah surat Yunus.
b.      kedua: al-mi’u>n yaitu surat-surat yang jumlah ayatnya lebih dari seratus ayat, atau mendekati seratus.
c.       ketiga: al-Matsa>ni yaitu surat-surat yang jumlah ayatnya di bawah al-Mi’u>n. Dinamakan al-Matsani, karena surat itu diulang-ulang  dalam bacaannya (sering dibaca), lebih banyak jika dibandingkan dengan surat ath-Thiwa>l dan al-Mi’u>n.
d.      keempat: al-Mufashol, ada yang mengatakan bahwa awalnya dari surat Qa>f, ada yang mengatakan awalnya surat al-Hujura>t, dan ada pendapat-pendapat yang lain. Macamnya ada tiga.thiwa>l al-Mufashshal, Ausa>th al-Mufashshal, dan Qisha>r al-Mufashshal.
a)      Thiwa>l al-Mufashshal  dimulai dari surat Qa>f atau dari surat al-Hujurat sampai surat an-Naba’ atau sampai al-Buru>j.
b)      Ausa>th al-Mufashshal  dimulai dari surat an-Naba’ atau dari surat al-Buruj  sampai surat adh-Duha> atau sampai surat al-Bayyinah.
c)      Qisha>r al-Mufashshal  dimulai dari surat adh-Adhuha> atau dari surat al-Bayyinah sampai akhir al-Qur’an, sesuai dengan perbedaan pendapat dalam masalah ini.
Dan penamaannya dengan al-Mufashshal dikarenakan banyaknya fashl (pemisahan) antara surat tersebut  dengan Basmalah/Bismillah. ayat yang terpanjang adalah adalah ayat ad-Dain (ayat utang piutang, yaitu ayat 282 dari surat al-Baqarah) dan surat terpanjang adalah surat al-Baqarah.
pembagian ini memudahkan manusia untuk menghafal al-Qur’an, dan mendorong mereka untuk mempelajari dan mengkajinya. dan juga memberikan perasaan kepada pembaca suatu surat dari surat-surat al-Qur’an bahwa dia telah  mengambil bagian yang cukup dan terpisah (berdiri sendiri) dari dasar agama dan dasar hukum syari’atnya yaitu al-Qur’an.[4]

B.   Analisis Pribadi
Dari ketiga pendapat di atas, pendapat kedualah yang sesuai dengan realitas. Aritnya, adanya perbedaan susunan surat dalam mushaf para sahabat, meski sistematika ayatnya sama, membuktikan bahwa susunan surat tersebut bersifat ijtihadi. Ini berbeda dengan susunan ayat yang termasuk jumlahnya dalam surat yang semuanya bersifat tawqifi.









BAB III
KESIMPULAN


Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa susunan surat dan ayat-ayat al-Qur’an  itu berdasarkan wahyu. Meskipun ada yang mengatakan bahwa susunan surat itu berdasarkan ijtihad dan ada yang mengatakan bahwa susunan surat dan ayat-ayat itu sebagian berdasarkan wahyu dan sebagian berdasarkan ijtihad. Dengan alasan bahwa susunan surat dalam mushaf para sahabat berbeda-beda.
Ijama’ sahabat telah menyepakati, bahwa susunan ayat al-Qur’an dalam surat itu taawqifi (seperti apa adanya dari Allah).  

















DAFTAR PUSTAKA

Hafidz Abdurrahman,Pengantar Ulumul Qur’an, Pustaka Utama,Bogor,2003
Terjemahan, Manna>ul Qutha>n,fi> Maba>hits Ulumil Qur’an,Rineka Cipta,Jakarta,1993



























[1] Hafidz Abdurrahman,pengantar Ulumul Qur’an,hal 92
[2] Hafidz Abdurrahman,pengantar Ulumul Qur’an hal 93
[3] Terjemahan,Manna>ul Qutha>n,fi> Maba>hits Ulumul Qur’an,hal 155  
[4] Terjemahan, manna>ul qutha>n, fi> maba>hits ulu>mil Qur’an